“Akhirnya, kelompok Dogster berhasil Ayah kalahkan.”
“Wow, Ayah hebat sekali. Aku ingin menjadi superhero seperti Ayah.”
“Tentu saja kamu bisa, Nak. Kamu kan memiliki darah Ayah, darah superhero.”
“Apakah aku akan memiliki baju seperti Ayah juga?”
“Ya, tentu saja.”
“Dengan sayapnya juga? Dengan semua senjatanya juga?”
“Ya, semuanya.”
“Wow, senangnya. Aku sudah tidak sabar ingin memilikinya. Kapan, Yah?”
“Pasti. Suatu hari nanti ketika kamu sudah dewasa dan siap menggantikan Ayah.”
“Kenapa aku harus menggantikan Ayah?”
“Ketika Ayah pensiun dari menjadi superhero, kamu lah yang akan menggantikannya.”
“Tidak bisakah kita bersama-sama, Yah?”
Patriot menggeleng dan menatap Qyubu.
“Karena nanti hanya akan ada kamu. Hanya satu superhero.”
“Tapi, aku tidak ingin berhadapan dengan para penjahat itu, Yah. Aku takut.”
Patriot tersenyum dan berkata dengan bijaksana.
“Ketika Super-QYU tertanam di dalam diri kamu, semua rasa takut itu akan hilang, Nak!”
“Super-QYU?”
“Ya! Suatu hari…”
“Horeee, namaku berubah menjadi Super-QYU. S-U-P-E-R Q-Y-U. Super-QYU! Aku suka nama baruku.”
Patriot tersenyum dan menjilati kepala dan badan Qyubu dengan lembut. Lalu menarik selimut flanel hangat berwarna hijau dan menutupi tubuh Qyubu. Lampu tidur kecil berbentuk tikus berwarna merah yang terletak di sisi keranjang tidur Qyubu pun dinyalakan.
“Habiskan susumu dan segera tidur ya?”
“Tapi, Yah. Aku ingin menuliskan Super-QYU di depan pintu kamarku.”
“Masih bisa besok kan, Nak?”
“Tapi, Yah…”
Patriot menggeleng dan berjalan menuju pintu meninggalkan Qyubu. Patriot berdiri di depan pintu kamar dan menoleh ke arah Qyubu dan melihat Qyubu memegang selembar kertas dan pensil warna di tangannya.
“Qyu, segera tidur! Atau Ayah tidak akan pernah mau bercerita lagi.”
“Baiklah. Aku sayang Ayah.”
“Ayah juga sayang kamu, Nak. Selamat malam. Tidur yang nyenyak ya?”
Patriot mematikan lampu besar kamar dan menutup pintu kamar Qyubu.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar